- Back to Home »
- 7 flim Indonesia paling ROMANTIS
Posted by : Unknown
Sabtu, 17 Januari 2015
Nih....... daftar 7 flim Indonesia paling ROMANTIS
1. Ada Apa dengan Cinta? (2002, sutr. Rudi Sudjarwo)
Setelah 10 tahun, film ini masih membuat penontonnya terbetot pada pasang surut hubungan Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo). Dari segi pengisahan, plotnya meminjam ramuan komedi romantis: dari benci ke cinta, terpisahkan, lalu karakternya sadar kalau ia tak bisa pindah ke lain hati dan pada klimaksnya mngjar cintanya hingga ke bandara. Film ini memang ditutup dengan perpisahan. Tapi sebuah puisi manis, serta senyum Cinta dan Rangga, memberi rasa puas pada penonton.
2. Claudia | Jasmine (2008, Awi Suryadi)
Awi Suryadi, sutradara film ini, tergolong sineas muda berbakat. Buat saya, ini film terbaiknya. Kisah film ini sederhana saja. Tentang Claudia (Kirana Larsati), gadis SMA yang tak pernah pacaran lantas bertemu “pangeran tampan tanpa kuda putih”, dan Jasmine (Kinaryosih), gadis di penghujung usia 20-an yang kesulitan mencari jodoh dan di saat bersamaan lingkungannya mendesaknya untuk menikah. Awalnya kita mengira menonton dua film (film tentang Claudia dan film tentang Jasmine), tapi Awi rupanya memberi kejutan manis di akhir (yang rasanya dosa besar bila diungkap pada yang belum nonton film ini).
3. LoVe (2008, Kabir Bhatia)
LoVe dibesut sutradara asal Malaysia, Kabir Bhatia. Isinya 5 cerita cinta yang tak saling berkaitan. Lima kisah dengan bintang terkenal. Ada Sophan Sophiaan, Widywati, Darius Sinathrya, Luna Maya, Surya Saputra, Wulan Guritno, Fauzi Baadila, Acha Septriasa, Irwansyah, dan Laudya Chintya Bella. Deretan pemain itu saja membuat filmnya menarik untuk dilirik. Belum lagi penggarapannya yang manis. Kabir berhasil merekam sudut kota Jakarta yang kita lihat sehari-hari (halte busway, gang sempit, kafe, hingga jalanan) terasa romantis dan sedap dipandang. Jangan tanya kisahnya. Anda pasti akan ikut terhanyut dan terkenang terus. Seorang pria pikun yang dicinta seorang wanita; suami yang dikhianati lalu menemukan cintanya kembali; juga tentang cinta tanpa pamrih, tulus, dan kekal.
4. Cin(T)a (2009, sutr. Sammaria Simanjuntak)
Seperti 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, film ini juga mengangkat kisah cinta beda agama. Hanya saja, pendekatan yang dilakukan Sammaria Simanjuntak rasanya lebih baik dari 3 Hati… Pertama, ia mengandalkan filmnya pada dialog sejoli yang jatuh cinta, Cina (tanpa ‘Rakyat” tanpa “Republik”) ”) [“Aneh banget ya bokap lo. Udah tahu muka lo Cina. Masih dikasih nama ‘Cina’”] dan Annisa [“Tega kali bapak kau. Udah tau muka kau perempuan, masih dikasih nama perempuan”]. Yang kita saksikan bukan hanya adegan romantis yang tak biasa (jemari digambari yang saling menyatu) tapi juga ke persoalan filosofis tentang Tuhan, agama, hingga teror atas nama agama. Ini misalnya: “Kenapa Allah nyiaptain kita beda-beda. Kalau Allah ingin disembah dengan satu cara?” Yang dijawab, “Makanya Allah ciptain cinta. Biar yang beda-beda bisa nyatu.”
5. Hari Untuk Amanda (2010, Angga Dwimas Sasongko)
Anda mungkin pernah dengar, menjelang hari pernikahan cobaan berat biasanya datang. Film ini mengangkat mitos itu. Sepuluh hari jelang pernikahannya, Amanda (Fanny Fabriana) malah didekati mantan pacarnya, Hari (Oka Antara). Calon suami Amanda, Dody (Reza Rahadian) sibuk mengurusi pekerjaan kantornya. Alhasil, Amanda ditemani Hari mengantar undangan. Dalam perjalanan itu, keduanya menapaki lagi cinta yang dulu pernah dijalani. CLBK? Tentu. Tapi bukan itu inti film ini. Amanda sempat ragu apa mnikah adalah pilihan tepat baginya. Namun pada akhirnya ia tetap memilih. Cinta lama mungkin menggoda untuk dibangkitkan lagi, tapi apa cinta lama itu yang terbaik bagi kita? Amanda sudah menentukan pilihannya. Sebuah plihan yang menunjukkan kedewasaan diri.
6. Heart (2006, sutr. Hanny R. Saputra)
Sineasnya, Hanny R. Saputra menyebut filmnya menyajikan mood “keagungan cinta yang menggenang.” Maksudnya, tentang cinta yang tertahan lantaran tak bisa diekspresikan lebih bebas. Inti kisah Heart tentang cinta segitiga antara Farel (Irwansyah), Rachel (Nirina Zubir), dan Luna (Acha Septriasa). Farel jatuh cinta pada Luna. Tapi, Luna, walau juga menyambut cinta itu, Rachel berusaha terus menghindar. Di saat bersamaan, Rachel yang selama ini bersahabat dengan Farel, ternyata juga jatuh cinta pada Farel. Rachel tak bisa mengungkapkan cinta pada sahabatnya. Sedang Luna merasa percuma jatuh cinta karena sebentar lagi ia dijemput maut digerogoti penyakitnya. Buat menceritakan mood cinta segitiga Farel, Luna, dan Rachel tersebut Hanny menyuguhkan gabar-gambar yang indah dipandang mata, pemandangan maupun tata artistik yang sering kita saksikan dalam komik-komik serial cantik. Ingat momen pacaran di danau atau berlari-lari di pegunungan? Tak dipungkiri, film ini berhasil menyajikan suasana romantis.
7. Ayat-ayat Cinta (2008, sutr. Hanung Bramantyo)
Ayat-ayat
Cinta (AAC) menandai kebangkitan kembali sebuah
sub-genre yang lama tak dibuat sineas kita: film Islam(i). Sebelumnya, film
bertema islami, macam Rindu Kami PadaMu (2004) karya Garin
Nugroho, hanya populer di pinggiran. Lewat AAC, dengan popularitasnya hingga
3,8 juta penonton, film islami masuk ke ranah mainstream. Mengapa film islami
bisa demikian digemari? Pangkal soalnya bukan karena negeri kita berpenduduk
Muslim terbesar. Melainkan pada sosok Fahri (Fedi Nuril), mahasiswa Indonesia
di Kairo, Mesir, yang menemukan persoalan pelik memilih wanita yang akan
dinikahinya. Cinta segitiga yang kemudian dijalaninya dengan Maria (Carissa
Putri) dan Aisha (Rianti Cartwright) berhasil mengharu biru kita. Siapa yang
tahan tidak menitikkan air mata saat Maria akhirnya ikhlas melepas Fahri.